Samstag, 30. Mai 2015

Indahnya Ramadhan di Eropa (Part I)



Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya bagaimana rasanya menjalani bulan suci ramadhan di Eropa saat musim panas, yang waktu puasanya mencapai 19 jam. Saya berharap tulisan saya ini bisa memotivasi para pembaca agar bersemangat menjalani bulan suci ini.

Tahun 2010 adalah tahun pertama saya menginjakkan kaki di Eropa, tepatnya di kota Hannover, Jerman.  Di kota ini terdapat sekitar 20 masjid, yang pada umumnya setiap masjid dikelola oleh komunitas muslim dari suatu negara atau suku, misalnya masjid turki, kurdi, pakistan, arab, dan sebagainya. Di tahun pertama saya ini ramadhan dimulai pada Bulan Agustus, di penghujung musim panas, dimana adzan subuh pada pukul 4 dan adzan maghrib pada pukul 9. Jadi kami berpuasa sekitar 17 jam. Untuk saya yang baru datang di jerman 17 jam berpuasa bukan hal yang mudah, apalagi di saat musim panas yang suhunya bisa mencapai 35 derajat dengan udara yang jauh lebih kering dibandingkan di Indonesia. Bandingkan dengan di indonesia yang waktu puasanya hanya sekitar 12-13 jam.

Setelah sekian hari berlalu saya mulai menikmati indahnya menjalani ramadhan di Eropa. 17 jam menahan lapar dan haus menjadi terasa ringan, bahkan lebih ringan dibandingkan ketika saya berpuasa di Indonesia. Tantangan yang lebih berat justru ketika harus keluar rumah untuk kuliah atau pergi ke masjid, karena  saat musim panas wanita disini berpakaian sangat terbuka, jadi saat di jalan saya harus selalu menundukkan pandangan agar pahala puasa tidak berkurang. Parahnya, jika kita terlihat menundukkan pandangan dan wanita-wanita tersebut sadar bahwa kita menundukkan pandangan, maka mereka akan semakin "panasaran". Ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.

Suasana berubah 180 derajat saat memasuki masjid, disana saya bisa merasakan indahnya ukhuwah dan ikut termotivasi untuk beribadah. Rasa persaudaraan sesama muslim di sini jauh lebih terasa dibandingkan di Indonesia. Di masjid saya berkenalan dengan saudara-saudara seiman dari berbaigai penjuru dunia, mulai dari muallaf jerman, muslim turki, arab, kaukasus (rusia selatan), atau IPB (India Pakistan Bangladesh).

Hal lain yang menurut saya spesial adalah, hampir setiap masjid di jerman mengadakan buka puasa bersama, bahkan dengan di beberapa masjid juga disediakan sahur. Jadi saya setiap hari bisa berbuka gratis dan bisa melakukan “wisata kuliner”. Dari sekitar 20 mesjid yang ada di Hannover, saya kunjungi semua masjid itu secara bergilir, untuk mencicipi masakan khas dari negara pengengelola setiap masjid tersebut. Dari masakan Turki, Maroko, Pakistan/India, Eropa timur (Bosnia, Albania),Kaukasus,dll.

Saat saya berada di Hannover, saat ramadhan saya harus kuliah dan bekerja „nguli“ di pusat logistik Mercedes Benz. Saya bekerja dari jam 3 sore sampai jam 9 malam, saya harus „nguli“ mengangkat spare part mobil, seperti knalpot, velg, dll. Mungkin kelihatannya sangat berat, tapi Alhamdulillah Allah memberi kekuatan kepada saya untuk menjalaninya dengan cukup mudah. Saya terkadang hanya „sakit hati“ karena kadang tidak bisa mengikuti shalat berjama’ah dan tarawih di masjid.

Di tahun-tahun pertama saya ini, shalat tarawih dimulai sekitar pukul 10 malam, dan berakhir sekitar jam setengah 12 malam. Karena shalat tarawih dilaksanakan pada waktu yang relatif malam, banyak tetangga masjid yang merasa terganggu dan protes, mau tidak mau semua jendela masjid harus ditutup selama tarawih, yang tentunya membuat masjid pengap. Tapi itu tidak menurunkan semangat para jama’ah untuk melaksanakan ibadah mereka.

Indahnya Ramadhan di Eropa (Part II)




Setelah 1,5 tahun tinggal di kota Hannover, saya pindah ke ibukota Jerman, Berlin. Kehidupan muslim dan suasana Ramadhan di Berlin tidak kalah menarik dibandingkan Hannover, justru menurut saya lebih indah. Di Berlin ada lebih dari 150 masjid, salah satunya masjid Al-Falah yang dikelola langsung oleh orang-orang Indonesia.

Saat saya tinggal di Berlin, terutama tahun 2014, waktu puasanya jauh lebih panjang dibandingkan saat saya masih berada di Hannover, karena pada tahun 2014 bulan ramadhan berada di bulan Juli, dan waktu siang terpanjang adalah di bulan Juni/Juli. Di bulan ini kami harus berpuasa dari sekitar jam setengah 3 pagi sampai sekitar jam 10 malam,  jadi waktu puasanya sekitar 19,5 jam. Tahun 2014 dan 2015 adalah tahun dimana ramadhan memiliki waktu siang terpanjang, karena di tahun ini ramadhan berada di bulan Juni dan Juli.

Kelihatannya berpuasa lebih dari 19 jam merupakan hal yang sangat sulit, tapi sebenarnya apabila kita menjalaninya dengan ikhlash semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Bahkan menurut saya, berpuasa 19 jam disini lebih mudah dibandingkan berpuasa 12-13 jam di Indonesia. Saya justru lebih menikmati ramadhan di Eropa.

Untuk berpuasa saat musim panas, mau tidak mau saya harus mengubah pola hidup terutama pola tidur saya. Dimulai dengan berbuka sekitar jam 2 malam, lalu dilanjut dengan shalat subuh sekitar jam 3 pagi, lalu setelah itu tidur sampai jam 6-7, setelah itu saya harus berangkat kuliah/bekerja sampai jam 3-4. Setelah ashar (sekitar jam 6 sore) disempatkan untuk tidur 1-2 jam, agar bisa fit saat shalat tarawih. Sekitar jam 10 maghrib pergi ke masjid untuk shalat maghrib dan berbuka, dan dilanjutkan shalat isya‘ dan tarawih sampai jam 12 malam lewat. Dan kembali lagi ke rumah sekitar jam 1 malam. Setelah itu disempatkan tidur sampai jam 2 malam dan dilanjutkan sahur untuk hari selanjutnya. Begitulah pola hidup selama bulan Ramadhan. Di akhir Ramadhan waktunya lebih sedikit longgar karena waktu siangnya relatif lebih pendek.

Jujur saya sangat menikmati ramadhan saya di Berlin. Terlebih banyak masjid yang menawarkan program-program menarik selama ramadhan, seperti pengajian setelah subuh dan sebelum maghrib, daurah, program hafalan Qur’an, dari yang berbahasa jerman sampai bahasa arab. Ada beberapa masjid yang mengundang syekh-syekh dari Timur Tengah, misalnya Saudi, untuk mengisi kajian-kajian selama bulan ramadhan. Sangat indah rasanya bisa bermajelis dengan syekh-syekh tersebut, walaupun bahasa arab saya masih pas-pasan.

Masjid favorit saya saat ramadhan adalah masjid Arrahman di Bezirk/kelurahan Wedding. Imamnya adalah seorang hafidz Qur’an dan mahasiswa kedokteran yang berasal dari Yaman. Suara beliau masyaAllah sangat merdu sehingga saya sangat betah shalat disana. Tapi sayangnya tahun ini masjid ini harus ditutup, dikabarkan karena bermasalah dengan pembayaran sewa gedung.
Saat 10 hari terakhir bulan ramadhan banyak masjid yang memfasilitasi i’tikaf, sehingga kita bisa tidur di masjid. Mulai dari makanan berbuka sampai sahur disediakan oleh pihak masjid. Saat beri’tikaf selain bisa fokus beribadah kita juga bisa berkenalan dengan orang-orang muslim dari berbagai penjuru dunia.

Masjid Al-Falah (masjid Indonesia) adalah salah satu masjid di Berlin yang aktif mengadakan program-program ramadhan. Di masjid ini mahasiswa Indonesia setiap hari bergotong royong memperisapkan buka puasa bersama, membersihkan peralatan memasak bersama, sampai membersihkan masjid bersama-sama. Semua program ramadhan juga diatur sendiri oleh mahasiswa Indonesia disini. Setiap ramadhan masjid Al-Falah mengundang ustadz dari Indonesia untuk mengimami shalat tarawih dan mengisi kajian-kajian disana.

Masih banyak lagi cerita indah selama bulan ramadhan yang tidak bisa semuanya saya tulis disini. Saya harap secuil pengalaman saya ini bisa menjadi pemicu motivasi antum semua untuk memaksimalkan ibadah di bulan ramadhan.

Montag, 25. Mai 2015

8 Tips Studi di Jerman



Kuliah di jerman bukan merupakan hal yang mudah. Di tahun 2014, sekitar 30% orang asli Jerman gagal menyelesaikan studi S1nya (sumber : DZHW). Bayangkan dengan kita orang Indonesia yang kemampuan bahasa jermannya tidak bisa disamakan dengan orang asli jerman. Untuk orang Indonesia, mungkin hanya sekitar 20-30 persen mahasiswa/calon mahasiswa Indonesia yang bisa menggondol gelar S1 di Jerman. Tidak sedikit yang harus pulang ke Indonesia karena gagal medapatkan Studienkolleg, gagal di Studienkolleg, atau gagal saat studi Bachelor mereka. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, seperti culture shock, faktor bahasa, masalah visa, atau faktor finansial. Berikut beberapa tips suskses studi di jerman:

1. Berd’oa dan luruskan niat


Mungkin faktor ini dianggap sepele oleh sebagian besar orang. Tapi sebenarnya inilah kunci utama kamu bisa sukses dengan apa yang kamu tuju. Setelah berdo’a tentunya harus diiringi dengan niat dan usaha yang kuat. Kamu harus benar-benar berniat tujuan kamu ke jerman adalah untuk menuntut ilmu, bukan yang lain. Dan niat itu harus dari diri kamu sendiri, bukan paksaan dari orang tua atau hanya karena gengsi.

2. Serius belajar bahasa jerman saat kursus dan Studienkolleg

Faktor bahasa merupakan faktor yang sangat penting. Tidak sedikit mahasiswa yang gagal menyelesaikan kuliahnya karena faktor bahasa. Jadi maksimalkan kesempatan kamu mempelajari bahasa jerman saat masih kursus atau Studienkolleg, karena saat kuliah kamu tidak punya waktu sebanyak waktu kamu saat kursus atau studienkolleg untuk mempelajari bahasa jerman. Dengan dasar bahasa jerman yang bagus, akan jauh lebih mudah bagi kamu untuk mengikuti perkuliahan.


3.  Untuk S1, pilih FH

Untuk calon mahasiswa Indonesia saya sarankan untuk kuliah Bachelor di FH, karena sistem perkuliahan di FH lebih cocok dengan mental orang indonesia yang cenderung harus „dipaksa“ untuk belajar. Di FH kamu lebih „dipaksa“ untuk belajar karena di FH lebih banyak Labor yang „memaksa“ kamu untuk masuk kuliah dan mempersiapkan Labor tersebut. Selain itu di FH biasanya per kelas hanya diisi oleh 40-50 mahasiswa sehingga suasana belajarnya lebih kondusif dan kesempatan kamu untuk bertanya langsung ke profesor lebih besar. Dibandingkan di Uni yang kamu duduk dengan 200-400 mahasiswa lainnya dan tidak ada paksaan untuk masuk kuliah. Kamu butuh motivasi dan kemandirian yang jauh lebih besar untuk bisa survive di Uni.
Kalau kamu sudah lulus Bachelor, untuk S2/Master mungkin Uni adalah pilihan yang lebih baik, karena kamu sudah lumayan menguasai bahasa Jerman dari kuliah Bachelor kamu dan kamu sudah terbiasa dengan gaya belajar di Jerman. Selain itu Master di Uni juga cenderung lebih mempelajari bagaimana kamu mengaplikasikan ilmu yang kamu dapat di Bachelor di dunia kerja. Disana kamu bisa mengabil banyak pengalaman. Dan kalau kamu mau melanjutkan studi ke S3, lulusan Master Uni memiliki peluang yang lebih besar.

4. Kerja secukupnya saja

Banyak mahasiswa terlena dengan uang yang didapat saat mereka kerja sambilan, sehingga mereka „ketagihan“ kerja dan melalaikan studi mereka. Sebaiknya kamu bekerja sesuai dengan yang kamu butuhkan saja, sekedar untuk mencukupi kebutuhan kamu selama sebulan dan untuk menambah pengalaman, syukur-syukur jika orangtua kamu masih mau membantu sebagian biaya hidup kamu. Kamu harus ingat bahwa kamu tujuan kamu ke jerman adalah untuk menyelesaikan kuliah kamu.

5. Cari program yang bisa membiayai biaya hidup kamu, seperti duales Studium atau Stipendium

Banyak program yang bisa membantu kamu dari segi finansial, seperti duales Studium, Stipendium/Beasiswa. Duales Studium adalah program yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan di jerman, dimana kita disamping studi Bachelor juga mengikuti Ausbildung yang di perusahaan tersebut. Selain itu saat liburan (atau 1-2 hari per minggu) kita magang di perusahaan tersebut. Di program ini kamu mendapat gaji/beasiswa dari perusahaan sekitar 500-1200 Euro per bulan, tergantung jurusan dan tahun ajaran. Yang tentunya bisa mecukupi biaya hidup kamu selama kuliah.
Ada juga program beasiswa dari pemerintah/yayasan di jerman, seperti Deutschlandstipendum, DAAD, atau beasiswa dari Stiftung/yayasan. Untuk medapatkan beasiswa ini kamu butuh nilai Studienkolleg atau nilai/IP semester 1-2 yang bagus. Untuk beasiswa dari Stiftung kamu harus lebih berhati-hati, karena biasanya kamu diarahkan ke arah politik Stiftung pemberi beasiswa tersebut.

Berikut link salah satu portal untuk duales studium

 6. Pilih program studi yang cocok dengan minat kamu dan cari teman belajar bersama


Salah satu faktor yang menentukan kesuksesan studi adalah pilihan program studi, pilih program studi yang benar-benar sesuai dengan minat kamu. Kuliah di jerman itu susah, kalau ditambah kamu tidak suka dengan pelajarannya maka akan menjadi masalah besar buat kamu. Saat Studienkolleg adalah saat yang tepat dimana kamu bisa menimbang jurusan mana yang cocok buat kamu, jangan lupa tanya kepada kakak-kakak yang sudah tahu bagaimana program studi tersebut.
Usahakan cari teman kelompok untuk belajar bersama saat kamu memulai kuliah. Dengan belajar berkelompok, akan lebih memotivasi kamu untuk belajar dan bisa saling sharing ilmu apabila saat kuliah kamu tidak mengerti. Sistem belajar ini juga sangat membantu kamu saat kamu seaktu-waktu tidak bisa masuk kuliah karena bekerja atau sakit. Sistem belajar seperti ini banyak dipraktekkan oleh orang jerman dan biasanya mereka sekelompok berhasil menyalesaikan kuliah bersama-sama, bahkan dengan nilai yang relatif mirip. 

7. Bagi yang sudah semester 3 keatas, cari kerja Werkstudent

Maksimalkan bahasa dan nilai kamu di semester 1 dan 2, agar kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi kamu(Werkstudent), karena perusahaan di jerman biasanya mencari mahasiswa semester 3 keatas untuk dipekerjakan sesuai bidang studi kamu. Gaji yang ditawarkan biasanya lebih besar dibandingkan kerja „nguli“. Dan kamu bisa mengasah ilmu dan pengalaman kamu yang kamu pelajari saat kuliah. Biasanya kamu bekerja 10-20 jam per minggu, dengan gaji sekitar 10-15 Euro per jam. Sehingga per bulan kamu bisa mendapat gaji sekitar 400-1000 Euro per bulan, yang bisa mencukupi biaya hidup kamu per bulan. Pekerjaan Werkstudent ini bisa kamu temukan di papan informasi di kampus kamu atau langsung ke website perusahaan yang menawarkan pekerjaan Werkstudent, seperti Siemens, Deutsche Bahn, Bayer, dsb.

8.Hindari main game, main musik, atau pacaran

Mungkin tema ini agak sensitif bagi sebagian orang. Tapi menurut pengalaman saya, faktor ini cukup (bahkan sangat) mempengaruhi kesuksesan studi seseorang. Kecepatan Internet di Jerman yang jauh lebih kencang dibandingkan dengan internet di Indonesia membuat sebagian mahasiswa ketagihan main game online. Tidak sedikit mahasiswa yang gagal menyelesaikan studinya karena lebih memilih bermain game dibandingkan belajar. Bagi kamu yang belum “terkontaminasi”, lebih baik jangan coba-coba memulai bermain game online. Bagi kamu yang sudah terlanjur ketagihan, bisa menguranginya dengan membatasi bermain game hanya saat weekend pada jam tertentu. Banyak juga yang terlena gara-gara keasyikan bermain musik atau keasyikan berpacaran, yang menyita sangat banyak waktu belajar kamu.