Mittwoch, 24. Juli 2013

Kisah Para Muallaf Jerman

Kehidupan beragama di Jerman

Sebagian besar orang jerman tidak mempercayai agama, áda yang sama sekali tidak mengakui adanya tuhan (atheis) dan ada juga yang mengakui adanya tuhan tapi tidak mempercayai agama (agnostik). Walaupun menurut data statistik mayoritas orang jerman beragama katolik, tapi sebenarnya terutama untuk kalangan muda sudah tidak mempercayai agama lagi, mereka tidak pernah datang ke gereja lagi. Jadi kebanyakan orang jerman adalah katolik/kristen KTP. Bahkan ada banyak yang menyatakan diri keluar dari gereja karena tidak mau membayar pajak gereja. Banyak orang jerman berpendapat agama merupakan hal yang konyol, di gereja mereka tidak bisa mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan mereka dan di dalam Bibel banyak kejanggalan dan kontradiksi yang tidak bisa mereka pahami. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang sangat berkecukupan, sehingga seolah-olah mereka "tidak butuh" agama lagi. Berlin merupakan kota yang jumlah atheisnya sangat banyak. Lebih banyak dibandingkan kota-kota jerman selatan seperti München, yang sebagian masyarakatnya masih mempertahankan ajaran katolik mereka.
Banyak juga orang jerman yang ingin mengisi "dahaga" spiritual mereka. Banyak dari mereka yang membaca-baca buku tentang agama lain dan  membanding-bandingkannya. Ada yang tertarik ke ajaran buddha, karena mereka anggap mereka bisa menenangkan diri dengan meditasi dsb. Dan tidak sedikit dari mereka yang tertarik ke ajaran Islam setelah mereka membaca Al-Qur'an. Mereka terus memikirkan apakah tujuan dari hidup ini dan apakah benar ada tuhan, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut mereka temukan di Al-Qur'an. Mereka menganggap Islam mempunyai konsep ketuhanan yang benar, seperti tuhan hanya ada satu,mempunyai kekuasaan absolut dan tidak bisa disamakan dengan manusia. Dan Al-Qur'an juga salah satu bukti yang sangat kuat, karena tidak ada kejanggalan dan kontradiksi yang mereka temukan di Al-Qur'an dan tidak ada perbedaan antara Al-Quran satu dan Al-Quran lainya, yang tidak mereka temukan di kitab-kitab di agama lain. Dan akhirnya mereka pun memeluk islam. Bahkan dari kejadian 11 September banyak orang jerman yang penasaran dengan Islam, dan akhirnya masuk islam.


Kisah Para Muallaf

Di Berlin saya banyak berinteraksi dengan para muallaf. Mereka pun menceritakan bagaimana perjalanan spiritual mereka menjadi seorang muslim.  Inilah beberapa pengalaman saya dengan para muallaf jerman, walaupun ini hanya sedikit dari kisah-kisah muallaf jerman yang jumlahnya sangat banyak.

Ibrahim
Muallaf pertama yang saya kenal dekat bernama Ibrahim, nama dia sebelum menjadi muallaf adalah Deniz Kabatas. Dia adalah seorang pemuda keturunan Jerman-Turki. Ibunya adalah orang asli jerman sedangkan ayahnya adalah orang turki. Ayahnya mengikuti sekte alawi (yang menurut Ulama sekte ini bukan lagi muslim), sehingga Ibrahim pun tidak dibesarkan sebagai seorang muslim. Dia hidup sebagaimana pemuda jerman lainnya, yang sering pergi ke diskotek, minum-minum, berinteraksi dengan perempuan, dan tidak mengenal agama. Karena ibunya juga seorang ateis maka dia hampir tidak mengenal agama. Sampai pada suatu saat dimana Ibrahim akhirnya muak dengan apa yang dia lakukan selama ini dan memikirkan tujuan hidup sebenarnya. Diapun membaca buku-buku tentang islam dan bertanya-tanya kepada teman dia yang beragama Islam, diapun tertarik dengan islam, bahkan dia ikut berpuasa walaupun die belum menjadi seorang muslim.
Setahun kemudian akhirnya dia pun mantap menjadi seorang muslim, hari itu bertepatan dengan awal ramadhan sehingga dia pun langsung ikut berpuasa. Dia mengatakan itu adalah hari yang sangat istimewa bagi dia ketia dia memeluk islam, dia merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya, saat dimana dia "menemukan" siapa tuhannya dan menemukan jalan yang lurus.
Ibrahim pun sangat bersemangat mempelajari agama Islam. Dalam satu tahun sangat banyak ilmu-ilmu yang dia pelajari, dalam waktu satu tahun dia bisa membaca Al-Qur'an dengan lancar dan mengerti sebagian kata-kata yang ada dalam Al-Qur'an dan hafal surah-surah yang cukup panjang. Harus saya katakan sebagian ilmunya bahkan lebih banyak dibandingkan sebagian besar pemuda indonesia yang dibesarkan dengan pendidikan islam. Saya pun malu terhadap diri saya sendiri, saya dibesarkan di keluarga muslim dan dididik dengan pendidikan islam tapi ilmu dan amalan saya masih bisa dibilang kalah dengan orang yang baru satu tahun memeluk islam. Saya sering mengikuti kajian dan belajar bahasa arab bersama Ibrahim. Diapun mengajak saya ke rumah dia kerumahnya untuk mengenalkan saya dengan ibunya, dia berharap ibunya bisa menerima kondisi dia sebagai muslim. Ibrahim pun berusaha meyakinkan ibunya untuk juga masuk Islam, mulai dari berdakwah secara lisan, sampai menghadiahi buku-buku.
Berbeda dengan ayahnya, walaupun ayah Ibrahim orang turki tapi dia sangat marah jika Ibrahim pergi ke masjid dan belajar agama. Ibrahim selalu dihalang-halangi untuk menjalankan agamanya. Sampai pada suatu saat mereka liburan bersama di Turki, dan itu bertepatan dengan bulan Ramadhan. Sesampainya di Turki ibrahim dipaksa untuk tidak berpuasa dan dipaksa untuk menikmati kehidupan gemerlap di turki. Dia dipaksa sarapan walaupun dia sangat ingin berpuasa dan diajak ke pantai. Dia pun tidak diperbolehkan pergi ke masjid. Terkadang ibrahim mencuri-curi waktu untuk pergi ke masjid dan melaksanakan shalat tarawih. Walapun resikonya jika dia ketahuan bakal sampai dipukuli oleh ayahnya. Waktu-waktu itu adalah waktu yang sangat suram baginya.
Sesampainya di Berlin dia merasakan nikmat yang tak terhingga karena dia bisa kembali pergi ke masjid lagi. Walaupun ayahnya melarangnya untuk pergi ke masjid tertentu, dia tetap berusaha untuk istiqamah sambil berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan ayah dan keluarganya. Kita harus bersyukur karena kita memiliki keluarga yang islami dan tidak ada hambatan untuk menjalankan agama dengan baik.

Abdullah
Abdullah, nama aslinya Moritz Menzel, adalah seorang pemuda asli jerman, bahkan masih ada darah yahudi dari neneknya, umurnya baru 18 tahun dan sudah hampir 2 tahun memeluk Islam. Di umur yang sangat belia, 16 tahun, dia mulai memikirkan apa sebenarnya jalan hidup dan tujuan hidup yang benar, dan bagaimana konsep ketuhanan yang sebenarnya. Dia disekolahkan di sekolah katolik namun sepertinya dia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam hatinya.
Dia berusaha mencari-cari informasi, sampai akhirnya dia menemukan video-video dakwah dai Pierre Vogel. Pierre Vogel adalah mantan boxer asli jerman yang menjadi muallaf, dia lalu mempelajari Islam di berbagai negara muslim seperti Mesir dan Saudi Arabia. Dia pun kembali ke jerman dan menjadi da'i, dia banyak melakukan da'wah dengan berbagai cara, dari berda'wah diatas panggung, di jalanan, dan membuat video-video di Youtube. Abdullah pun tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Pierre Vogel tentang islam dan konsep ketuhanan dalam Islam. Abdullah sangat terkesima ketika dia membaca surah Al-Ikhlas, karena surah ini sarat dengan konsep ketauhidan. Di surah Al-Ikhlas tercantum bahwa Allah itu hanya satu, tidak memiliki anak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang setara dengan Allah. Ini sangat berbeda dengan apa yang dia pelajari di sekolahnya tentang konsep trinitas, yang menurutnya tidak bisa membedakan antara manusia dengan tuhan.
Waktu pun berlalu dan Abdullah pun belajar intensif tentang islam. Semuanya dia lakukan atas kesadaran dirinya sendiri akan kebutuhan rohani dan kewajiban untuk menuntut ilmu. Dalam satu tahun banyak peningkatan drastis yang dia lakukan, dia sudah mengenal kuat dasar-dasar aqidah agama, yang sayangnya sebagian besar anak muda indonesia bahkan tidak tahu menahu tentang konsep dasar aqidah yang benar ini. Dia juga sudah bisa lancar membaca Al-Qur'an dan hafal surah-surah yang cukup panjang. Bahkan di Ramadhan pertamanya dia hampir khatam membaca Al-Qur'an. Berpuasa lebih dari 18 jam pun dia lalui dengan baik,walaupun itu sangat berat bagi dia karena dia belum terbiasa.
Abdullah tinggal di Brandenburg yang bersebelahan dengan Berlin. Di Brandenburg Abdullah tidak menemukan masjid, sehingga dia harus pergi ke berlin yang memakan waktu hingga 1 jam. Tapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk mempelajari dan menjalankan agama. Bahkan dia tetap mengusahakan untuk selalu shalat fardhu di masjid, walaupun kadang-kadang dia baru kembali sampai di rumah jam 5 pagi. Dia rela menginap di kamar saya untuk menunggu shalat subuh berjama'ah yang kalau di muslim panas shalat subuh dilaksanakan pada jam 3 pagi. Terkadang kami juga tidur bersama-sama di masjid.
Dia juga aktif berdakwah, baik ke sesama muslim maupun ke orang-orang non muslim. Abdullah aktif membagikan brosur-brosur ,seperti brosur tentang pentingnya berhijab dan bagaimana hijab yang benar kepada muslimah-muslimah yang ada di berlin. Dia juga aktif berdakwah kepada teman-teman di sekolah dia dan di tempat bekerjanya. Tidak jarang dia mendapatkan tentangan atas dakwah yang dia lakukan, namun itulah cobaan seorang mu'min. Alhamdulillah dia tidak mendapat tentangan berarti dari keluarganya, meskipun ada beberapa hal yang masih harus dia lakukan sembunyi sembunyi.


Abdurrahim
Abdurrahim adalah muallaf yang baru saja saya kenal, baru masuk islam sekitar setangah tahun yang lalu. Dia adalah seorang pemuda asli jerman. Abdurrahim dulunya adalah seorang pecandu narkoba, kehidupan barat yang bebas membuat hidupnya tidak teratur tanpa tujuan. Sampai akhirnya dia memutuskan berhenti untuk menggunakan narkoba. Akhirnya dia pun berhasil keluar dari belenggu candu narkoba. Abdurrahim pun lalu memikirkan apa sebenarnya tujuan dari hidup ini, untuk apa kita hidup. Dia pun mencari-cari jawaban atas pertanyaan itu dan akhirnya pertanyaan itu dia temukan di Al-Qur'an.
Abdurrahim pun memutuskan untuk masuk islam, pada awal dia memeluk islam,karena ketidaktahuannya dia pergi ke salah satu masjid Syi'ah yang ada di Berlin, dia pun memulai belajar Islam disana. Tapi lama-kelamaan Abdurrahim merasa ada yang janggal di masjid itu dan dia pun memutuskan mencari-cari informasi di masjid lain. Akhirnya dia menemukan masjid yang sangat kental sunnahnya, dia pun mulai belajar di masjid itu dan merasa nyaman di masjid itu. Sampai akhirnya dia tahu bahwa syi'ah adalah sekte yang sesat. Dan memutuskan untuk tidak pergi ke masjid syi'ah itu lagi.
Abdurrahim pun semangat mempelajari islam dan selalu datang ke pengajian. Dia terlihat masih membutuhkan dukungan, tapi Alhamdulillah ikhwan-ikhwan yang ada di masjid senantiasa mendukungnya dan membantunya.


Yang kita bisa ambil pelajaran dari para muallaf ini adalah bahwa mereka mempelajari dan menjalankan agama ini dengan keyakinan yang sangat kuat, bahwa hanya ada satu tuhan yang menguasai semuanya dan kita manusia tidak memiliki kekuatan apapun. Mereka sangat yakin akan konsep ketuhanan ini, jika Allah mengambil sedikit saja nikmatnya maka kita tidak bisa bebuat apa-apa. Yang harus direnungkan, Allah telah memberikan segalanya, membolehkan kita bernafas, memberi rezki, betapa sombongnya kita jika kita enggan melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Pelajaran selanjutnya adalah pentingnya mencari ilmu dan langkah-langkah dalam menuntut ilmu. Kita mengaku cinta kepada Allah tapi apakah kita mengenal bagiamana sifat-sifat Allah sebenarnya? Dan apa yang sebenarnya Allah inginkan dari kita? Kalau kita tidak mengerti akan hal ini bagaimana kita akan bisa menjalankan perintah-Nya dengan benar dan dengan keyakinan yang kuat? Dari kisah-kisah tersebut juga bisa kita rasakan bagaimana pentingnya langkah-langkah dalam menuntut ilmu.Hal yang terpenting yang seorang muslim lakukan terlebih dahulu adalah mengenal Rabb-nya (ilmu Tauhid) dan aqidah dan manhaj yang benar. Apabila ilmu ini sudah tertanam dalam diri seorang muslim, maka dia akan automatis berusaha menjalankan agama secara keseluruhan dengan penuh keyakinan dan ketaatan. Sebaliknya apabila seorang muslim memulai mempelajari agama langsung dengan hukum-hukum fiqih, dia cenderung hanya menjalankan yang menurutnya baik dan menjalankan agama tidak sepenuh hati.
Para muallaf ini sangat memperhatikan sunnah-sunnah rasulullah, memanjangkan jenggot, selalu pergi ke masjid setiap shalat wajib, sampai hal hal kecil seperti menyikat gigi dengan siwak mereka lakukan. Semua mereka lakukan karena keyakinannya atas perintah Allah dan Rasulnya. Harus saya katakan mereka jauh lebih "islami" dibandingkan kebanyakan orang yang dilahirkan di lingkungan islam. Maka dari itu kita juga harus termotivasi dan berlomba-lomba untuk mempelajari dan menjalankan agama kita dengan benar. Semoga Allah memberikan hidayah dan semangat kepada kita semua.
Barakallahu fiikum..